Minggu, 26 Maret 2017

Review Pertemuan 1 (PCD 2017)



Konsep Pengindraan Jarak Jauh
Penginderaan jauh adalah ilmu, teknologi dan seni perolehan data, pengolahan dan penyajian data yang merekam interaksi antara energi elektromagnetik dengan suatu obyek. Dengan kata lain dapat didefinisikan sebagai ilmu, teknologi dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji.
Secara umum penginderaan jauh menunjukkan aktifitas perekaman, pengamatan dan penangkapan fenomena obyek atau peristiwa dari jarak tertentu. Dalam penginderaan jauh, sensor tidak langsung berkontak dengan obyek yang diamati. Hal tersebut membutuhkan alat penghantar secara fisik atau media untuk menyampaikan informasi dari obyek ke sensor melalui medium.

Sejarah Pengindraan Jarak Jauh
Pada tahun 1783, Montgolfier bersaudara dari Prancis berhasil membuat balon yang diisi dengan udara panas dan dapat terbang mencapai ketinggian 2.000 meter dan jarak terbang 4 km. Balon yang menerbangkan manusia dinaikan di atas Paris oleh De Roziers, dan di atas Baltimore, Amerika Serikat dinaiki oleh
Peter Cannes. Pada tahun 1639 pemotretan pertama dari balon dilakukan oleh Daguerre dan Niepce di Prancis.
Pada tahun 1856, Nadar merencanakan pembuatan peta topografi dengan foto udara dari balon di atas Paris. Pada foto itu, rumah-rumah dapat terlihat jelas.Pada tahun 1871, Sullivan bersama Letnan G.M. Wheller meneliti daerah barat daya Amerika Serikat untuk geologi dan pertambangan. Pada tahun 1898, Albert Heim seorang ahli geologi bersama-sama dengan Edward Schweizer dan seorang ahli meteorologi bernama Maurerberhasil terbang dengan memakai balon menyelidiki geologi pegunungan Alpen.
Pemotretan pertama dari pesawat udara dilakukan oleh Wilbur Wright di atas Centrocelly, Italia pada tahun 1909. Adapun pada tahun 1913, Kapten Tardive membawa kertas kerja tentang kemungkinan penggunaan foto udara yang dibuat dari pesawat terbang untuk pemetaan.
Pada tahun 1920, foto udara mulai digunakan oleh ahli geologi di bidang perminyakan. Pada tahun ini pula, dibentuk perusahaan “Aerial Survey” di Amerika Serikat dan Kanada yang menangani pemotretan dari udara beserta pemetaannya. Dan pada tahun ini juga terbit buku geologi udara pertama yang berjudul “The Face of the Earth, as seen from the Air” yang ditulis Willis T. Lee.
Pada tahun 1922, Marconi menemukan potensi RADAR untuk mendeteksi objek.
Pada tahun 1930, E.L. Krincv dari Rusia melakukan pemotretan pada permukaan batuan dan vegetasi. Pada tahun ini pula foto udara mulai banyak dipakai oleh ahli-ahli ilmu kebumian (Earth Sciences) dan dalam bidang pertanian. Sementara itu, pada tahun ini pula lembaga-lembaga pemerintah Amerika Serikat mulai
menggunakan foto udara secara besar-besaran dalam bidang pertanian, kehutanan, geologi, dan perencanaan. Sedangkan Jerman mulai mengembangkan penginderaan jauh dengan spektrum infra merah termal untuk deteksi pesawat pembom dengan cara yang disebut “Kiel System” yang diterbangkan dengan
pesawat tempur pada malam hari. Sistem ini sebenarnya dapat digunakan untuk kajian industri, astronomi, kesehatan, geologi, dan kehutanan.
Pada tahun 1934, terbit majalah ilmiah yang mengkhususkan dalam fotogrametri dan interpretasi foto udara, yaitu “Photogrametric Engineering”.
Pada tahun 1940, A.L. Simon memperkenalkan potret udara dengan lebih luas di kalangan ahli geologi. Perusahaan Timah Bangka memperluas eksplorasi dan perusahaan minyak bumi serta lembaga pemerintah mempergunakan potret udara dalam melaksanakan program-programnya.Pada tahun 1965, G.T. 4 GEMINI (berawak) membuat 39 foto udara yang bertampalan daerah Amerika Serikat barat daya dan Meksiko Utara, serta 60 foto daerah Amerika Utara, Afrika, dan Asia yang ternyata sangat berguna untuk kajian tektonik, vulkanologi, dan geomorfologi.
Pada tahun 1968, G.T. 5 dan G.T. 7 GEMINI menghasilkan foto yang baik untuk kajian geografi dan oseanografi. Pada tahun 1972, ERTS –1 (Earth Resources Technology Sattelite-1) yang kemudian disebut LANDSAT-1 (Land Satelite-1) diluncurkan. Kemudian LANDSAT-2 pada tahun 1975, dan LANDSAT-3 yang diluncurkan pada tahun 1978. Dan sampai saat ini, telah banyak satelit yang diluncur dengan berbagai keperluan termasuk dalam hal penginderaan jauh.

Proses Sistem Pengindaraan Jarak Jauh
1.    Sistem Tenaga
Pengindraan jauh menggunakan dua sumber tenaga yaitu sumber tenaga matahari dan sumber tenaga buatan. Sumber tenaga buatan ada sebagai pengganti sumber matahari karena ketika malam hari di suatu tempat tidak ada sumber tenaga maka dipakai sumber buatan yang disebut dengan tenaga pulsa. Pengindraan jauh yang menggunakan tenaga matahari dikenal dengan sistem pasif. Sedangkan pengindraan jauh yang menggunakan tenaga buatan disebut dengan sistem aktif.

2.    Atmosfer
Energi yang masuk ke permukaan bumi tidak seluruhnya sampai, tapi hanya sebagian kecil masuk ke permukaan bumi. Energi tersebut dihambat oleh atmosfer melalui serapan, dipantulkan, dan diteruskan.

3.    Objek
Objek adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran dalam pengindraan jauh seperti atmosfer, biosfer, hidrosfer dan litosfer.

4.    Interaksi Antara Tenaga dan Objek
Dalam perekaman objek diperlukan wahana, tenaga alami, atau buatan, objek yang direkam, alat sensor, dan deteksi (detector). Tenaga yang memancar ke permukaan bumi (objek) akan memantul dan direkam oleh alat (sensor). Pada sensor terdapat alat untuk mendeteksi (detector), di mana detector yang ada pada alat dipasang pada wahana (seperti balon udara, pesawat, dan satelit).
Pengenalan objek biasanya dilakukan dengan menyelidiki karakteristik spectral objek yang tergambar pada citra. Objek yang banyak memantulkan/memancarkan tenaga akan tampak cerah pada citra, sedangkan objek yang pantulannya/pancarannya sedikit maka akan tampak gelap. Namun kadang ada objek yang berlainan tetapi mempunyai karakteristik spectral yang sama atau serupa sehingga menyulitkan penbedaannya pada citra. Hal ini dapat diatasi dengan menyelidiki karakteristik lain selain karakteristik spectral, misalnya bentuk, ukuran, dan pola.
Interaksi antara tenaga dan obyek dapat dilihat dari rona yang dihasilkan oleh foto udara. Tiap-tiap obyek memiliki karakterisitik yang berbeda dalam memantulkan atau memancarkan tenaga ke sensor.
Objek yang mempunyai daya pantul tinggi akan terilhat cerah pada citra, sedangkan obyek yang daya pantulnya rendah akan terlihat gelap pada citra. Contoh: Permukaan puncak gunung yang tertutup oleh salju mempunyai daya pantul tinggi yang terlihat lebih cerah, daripada permukaan puncak gunung yang tertutup oleh lahar dingin.
5. Wahana dan Sensor
a. Wahana adalah kendaraan yang berfungsi untuk menyimpan alat perekam. Merekam objek permukaan bumi bisa dilakukan di angkasa maupun di luar angkasa. Wahana yang digunakan di pengindraan jauh di antaranya balon udara, pesawat terbang, pesawat ulang-alik, dan satelit. 
Setiap jenis kendaraan memiliki kerincian objek yang berbeda. Pesawat terbang memiliki kerincian objek yang dapat terus ditingkatkan karena pesawat dapat terbang pada ketinggian yang berbeda, sedangkan satelit memiliki kerincian objek yang bergantung pada pixel karena ketinggian wahana satelit sudah ditentukan.
b. Sensor adalah alat yang berfungsi sebagai penerima tenaga pantulan maupun pancaran yang direkam oleh detector. Sensor sering juga disebut sebagai alat perekam.

Berdasarkan proses perekamannya, sensor dibedakan menjadi dua, yaitu sensor fotografik dan sensor elektronik.

1) Sensor Fotografik 
Sensor yang digunakan sistem fotografik adalah kamera. Cara kerja sensor ini berdasarkan pantulan tenaga dari objek. Sedangkan detektornya adalah film sehingga sensor fotografik menghasilkan foto. Sensor fotografik yang dipasang pada pesawat udara menghasilkan citra yang disebut foto udara, sedangkan sensor fotografik yang dipasang di satelit sering disebut citra satelit.
2) Sensor Elektronik
Sensor elektronik ini digunakan pada sistem pengindraan jauh nonfotografik karena proses perekaman objek tidak berdasarkan pembakaran, tetapi berdasarkan sinyal elektronik yang dipantulkan atau dipancarkan dan direkam oleh detektor. Detektor untuk sensor ini adalah pita magnetik dan proses perekamannya didasarkan pada energi yang dipantulkan atau dipancarkan. Sensor elektronik yang direkam pada pita magnetik selanjutnya diproses menjadi data visual (citra) dan data digital dengan menggunakan komputer.
Sensor elektromagnetik adalah sensor bertenaga elektrik dalam bentuk sinyal elektrik yang beroperasi pada spektrum yang lebih luas, yaitu dari sinar-X sampai gelombang radio dan menghasilkan foto atau citra.

6. Perolehan Data
Data pengindraan jauh diperoleh melalui dua cara yaitu dengan cara manual dan digital. Cara manual dilakukan dengan cara interpretasi secara visual. Sedangkan cara digital dilakukan dengan menggunakan komputer. Foto udara biasanya diinterpretasi secara manual.

7. Pengguna Data
Pengguna data adalah orang atau lembaga yang memakai data pengindraan jauh. Data pengindraan jauh dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Data pengindraan jauh yang memiliki kerincian dan keandalan sangat dibutuhkan oleh pengguna data.

Satelit pengindra jarak jauh
Pengindraan jauh dengan proses satelit seperti tampak pada gambar di samping, melalui berbagai proses berikut.
  1. Spektrum Elektromagnetik Sinar matahari sebagai spektrum elektromagnetik mengenai sasaran (objek) yang diinginkan.
  2. Penyinaran : Matahari sebagai sumber energi alami digunakan dalam proses satelit sebagai sistem pasif (searah). Sinar yang masuk dihambat oleh atmosfir melalui serapan, pantulan,dan kemudian diteruskan.
  3. Pemantulan dan Penangkapan : Hasil penyinaran dari sasaran (objek) yang berupa pantulan kemudian ditangkap oleh alat perekam data (citra satelit).
  4. Perekaman : Hasil perekaman dari citra satelit diterima oleh piringan penerima data, dalam hal ini data secara digital, baru kemudian diolah (dicetak, disimpan, dan sebagainya) dan digunakan oleh pengguna data



Konsep Pengindraan Jarak Jauh
Penginderaan jauh adalah ilmu, teknologi dan seni perolehan data, pengolahan dan penyajian data yang merekam interaksi antara energi elektromagnetik dengan suatu obyek. Dengan kata lain dapat didefinisikan sebagai ilmu, teknologi dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji.
Secara umum penginderaan jauh menunjukkan aktifitas perekaman, pengamatan dan penangkapan fenomena obyek atau peristiwa dari jarak tertentu. Dalam penginderaan jauh, sensor tidak langsung berkontak dengan obyek yang diamati. Hal tersebut membutuhkan alat penghantar secara fisik atau media untuk menyampaikan informasi dari obyek ke sensor melalui medium.

Sejarah Pengindraan Jarak Jauh
Pada tahun 1783, Montgolfier bersaudara dari Prancis berhasil membuat balon yang diisi dengan udara panas dan dapat terbang mencapai ketinggian 2.000 meter dan jarak terbang 4 km. Balon yang menerbangkan manusia dinaikan di atas Paris oleh De Roziers, dan di atas Baltimore, Amerika Serikat dinaiki oleh
Peter Cannes. Pada tahun 1639 pemotretan pertama dari balon dilakukan oleh Daguerre dan Niepce di Prancis.
Pada tahun 1856, Nadar merencanakan pembuatan peta topografi dengan foto udara dari balon di atas Paris. Pada foto itu, rumah-rumah dapat terlihat jelas.Pada tahun 1871, Sullivan bersama Letnan G.M. Wheller meneliti daerah barat daya Amerika Serikat untuk geologi dan pertambangan. Pada tahun 1898, Albert Heim seorang ahli geologi bersama-sama dengan Edward Schweizer dan seorang ahli meteorologi bernama Maurerberhasil terbang dengan memakai balon menyelidiki geologi pegunungan Alpen.
Pemotretan pertama dari pesawat udara dilakukan oleh Wilbur Wright di atas Centrocelly, Italia pada tahun 1909. Adapun pada tahun 1913, Kapten Tardive membawa kertas kerja tentang kemungkinan penggunaan foto udara yang dibuat dari pesawat terbang untuk pemetaan.
Pada tahun 1920, foto udara mulai digunakan oleh ahli geologi di bidang perminyakan. Pada tahun ini pula, dibentuk perusahaan “Aerial Survey” di Amerika Serikat dan Kanada yang menangani pemotretan dari udara beserta pemetaannya. Dan pada tahun ini juga terbit buku geologi udara pertama yang berjudul “The Face of the Earth, as seen from the Air” yang ditulis Willis T. Lee.
Pada tahun 1922, Marconi menemukan potensi RADAR untuk mendeteksi objek.
Pada tahun 1930, E.L. Krincv dari Rusia melakukan pemotretan pada permukaan batuan dan vegetasi. Pada tahun ini pula foto udara mulai banyak dipakai oleh ahli-ahli ilmu kebumian (Earth Sciences) dan dalam bidang pertanian. Sementara itu, pada tahun ini pula lembaga-lembaga pemerintah Amerika Serikat mulai
menggunakan foto udara secara besar-besaran dalam bidang pertanian, kehutanan, geologi, dan perencanaan. Sedangkan Jerman mulai mengembangkan penginderaan jauh dengan spektrum infra merah termal untuk deteksi pesawat pembom dengan cara yang disebut “Kiel System” yang diterbangkan dengan
pesawat tempur pada malam hari. Sistem ini sebenarnya dapat digunakan untuk kajian industri, astronomi, kesehatan, geologi, dan kehutanan.
Pada tahun 1934, terbit majalah ilmiah yang mengkhususkan dalam fotogrametri dan interpretasi foto udara, yaitu “Photogrametric Engineering”.
Pada tahun 1940, A.L. Simon memperkenalkan potret udara dengan lebih luas di kalangan ahli geologi. Perusahaan Timah Bangka memperluas eksplorasi dan perusahaan minyak bumi serta lembaga pemerintah mempergunakan potret udara dalam melaksanakan program-programnya.Pada tahun 1965, G.T. 4 GEMINI (berawak) membuat 39 foto udara yang bertampalan daerah Amerika Serikat barat daya dan Meksiko Utara, serta 60 foto daerah Amerika Utara, Afrika, dan Asia yang ternyata sangat berguna untuk kajian tektonik, vulkanologi, dan geomorfologi.
Pada tahun 1968, G.T. 5 dan G.T. 7 GEMINI menghasilkan foto yang baik untuk kajian geografi dan oseanografi. Pada tahun 1972, ERTS –1 (Earth Resources Technology Sattelite-1) yang kemudian disebut LANDSAT-1 (Land Satelite-1) diluncurkan. Kemudian LANDSAT-2 pada tahun 1975, dan LANDSAT-3 yang diluncurkan pada tahun 1978. Dan sampai saat ini, telah banyak satelit yang diluncur dengan berbagai keperluan termasuk dalam hal penginderaan jauh.

Proses Sistem Pengindaraan Jarak Jauh
1.    Sistem Tenaga
Pengindraan jauh menggunakan dua sumber tenaga yaitu sumber tenaga matahari dan sumber tenaga buatan. Sumber tenaga buatan ada sebagai pengganti sumber matahari karena ketika malam hari di suatu tempat tidak ada sumber tenaga maka dipakai sumber buatan yang disebut dengan tenaga pulsa. Pengindraan jauh yang menggunakan tenaga matahari dikenal dengan sistem pasif. Sedangkan pengindraan jauh yang menggunakan tenaga buatan disebut dengan sistem aktif.

2.    Atmosfer
Energi yang masuk ke permukaan bumi tidak seluruhnya sampai, tapi hanya sebagian kecil masuk ke permukaan bumi. Energi tersebut dihambat oleh atmosfer melalui serapan, dipantulkan, dan diteruskan.

3.    Objek
Objek adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran dalam pengindraan jauh seperti atmosfer, biosfer, hidrosfer dan litosfer.

4.    Interaksi Antara Tenaga dan Objek
Dalam perekaman objek diperlukan wahana, tenaga alami, atau buatan, objek yang direkam, alat sensor, dan deteksi (detector). Tenaga yang memancar ke permukaan bumi (objek) akan memantul dan direkam oleh alat (sensor). Pada sensor terdapat alat untuk mendeteksi (detector), di mana detector yang ada pada alat dipasang pada wahana (seperti balon udara, pesawat, dan satelit).
Pengenalan objek biasanya dilakukan dengan menyelidiki karakteristik spectral objek yang tergambar pada citra. Objek yang banyak memantulkan/memancarkan tenaga akan tampak cerah pada citra, sedangkan objek yang pantulannya/pancarannya sedikit maka akan tampak gelap. Namun kadang ada objek yang berlainan tetapi mempunyai karakteristik spectral yang sama atau serupa sehingga menyulitkan penbedaannya pada citra. Hal ini dapat diatasi dengan menyelidiki karakteristik lain selain karakteristik spectral, misalnya bentuk, ukuran, dan pola.
Interaksi antara tenaga dan obyek dapat dilihat dari rona yang dihasilkan oleh foto udara. Tiap-tiap obyek memiliki karakterisitik yang berbeda dalam memantulkan atau memancarkan tenaga ke sensor.
Objek yang mempunyai daya pantul tinggi akan terilhat cerah pada citra, sedangkan obyek yang daya pantulnya rendah akan terlihat gelap pada citra. Contoh: Permukaan puncak gunung yang tertutup oleh salju mempunyai daya pantul tinggi yang terlihat lebih cerah, daripada permukaan puncak gunung yang tertutup oleh lahar dingin.
5. Wahana dan Sensor
a. Wahana adalah kendaraan yang berfungsi untuk menyimpan alat perekam. Merekam objek permukaan bumi bisa dilakukan di angkasa maupun di luar angkasa. Wahana yang digunakan di pengindraan jauh di antaranya balon udara, pesawat terbang, pesawat ulang-alik, dan satelit. 
Setiap jenis kendaraan memiliki kerincian objek yang berbeda. Pesawat terbang memiliki kerincian objek yang dapat terus ditingkatkan karena pesawat dapat terbang pada ketinggian yang berbeda, sedangkan satelit memiliki kerincian objek yang bergantung pada pixel karena ketinggian wahana satelit sudah ditentukan.
b. Sensor adalah alat yang berfungsi sebagai penerima tenaga pantulan maupun pancaran yang direkam oleh detector. Sensor sering juga disebut sebagai alat perekam.

Berdasarkan proses perekamannya, sensor dibedakan menjadi dua, yaitu sensor fotografik dan sensor elektronik.

1) Sensor Fotografik 
Sensor yang digunakan sistem fotografik adalah kamera. Cara kerja sensor ini berdasarkan pantulan tenaga dari objek. Sedangkan detektornya adalah film sehingga sensor fotografik menghasilkan foto. Sensor fotografik yang dipasang pada pesawat udara menghasilkan citra yang disebut foto udara, sedangkan sensor fotografik yang dipasang di satelit sering disebut citra satelit.
2) Sensor Elektronik
Sensor elektronik ini digunakan pada sistem pengindraan jauh nonfotografik karena proses perekaman objek tidak berdasarkan pembakaran, tetapi berdasarkan sinyal elektronik yang dipantulkan atau dipancarkan dan direkam oleh detektor. Detektor untuk sensor ini adalah pita magnetik dan proses perekamannya didasarkan pada energi yang dipantulkan atau dipancarkan. Sensor elektronik yang direkam pada pita magnetik selanjutnya diproses menjadi data visual (citra) dan data digital dengan menggunakan komputer.
Sensor elektromagnetik adalah sensor bertenaga elektrik dalam bentuk sinyal elektrik yang beroperasi pada spektrum yang lebih luas, yaitu dari sinar-X sampai gelombang radio dan menghasilkan foto atau citra.

6. Perolehan Data
Data pengindraan jauh diperoleh melalui dua cara yaitu dengan cara manual dan digital. Cara manual dilakukan dengan cara interpretasi secara visual. Sedangkan cara digital dilakukan dengan menggunakan komputer. Foto udara biasanya diinterpretasi secara manual.

7. Pengguna Data
Pengguna data adalah orang atau lembaga yang memakai data pengindraan jauh. Data pengindraan jauh dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Data pengindraan jauh yang memiliki kerincian dan keandalan sangat dibutuhkan oleh pengguna data.

Satelit pengindra jarak jauh
Pengindraan jauh dengan proses satelit seperti tampak pada gambar di samping, melalui berbagai proses berikut.
  1. Spektrum Elektromagnetik Sinar matahari sebagai spektrum elektromagnetik mengenai sasaran (objek) yang diinginkan.
  2. Penyinaran : Matahari sebagai sumber energi alami digunakan dalam proses satelit sebagai sistem pasif (searah). Sinar yang masuk dihambat oleh atmosfir melalui serapan, pantulan,dan kemudian diteruskan.
  3. Pemantulan dan Penangkapan : Hasil penyinaran dari sasaran (objek) yang berupa pantulan kemudian ditangkap oleh alat perekam data (citra satelit).
  4. Perekaman : Hasil perekaman dari citra satelit diterima oleh piringan penerima data, dalam hal ini data secara digital, baru kemudian diolah (dicetak, disimpan, dan sebagainya) dan digunakan oleh pengguna data

0 komentar:

Posting Komentar