“Resolusi adalah kemampuan suatu sistem
optik-elektronik untuk membedakan informasi yang secara spasial
berdekatan atau secara spektral mempunyai kemiripan”
(Swain dan Davis, 1978)
(Swain dan Davis, 1978)
Karakteristik dari instrumen penginderaan jauh yang beroperasi pada spektrum tampak dan IR dapat dijelaskan oleh resolusi spasial, spektral, dan radiometrik (Mather, 2004). Seiring berjalannya waktu ditambahakan aspek waktu (temporal) di dalamnya. Dalam bidang penginderaan jauh, terdapat empat konsep reolusi yang sangat penting, yaitu resolusi spasial, resolusi spektral, resolusi radiometrik, dan resolusi temporal. Resolusi layar pun memegang peranan penting ketika berkaitan dengan praktik pengolahan citra (Danoedoro, 2012).
Resolusi spasial dalam penginderaan jauh
bukanlah konsep yang mudah untuk didefinisikan. Hal tersebut dapat
dijelaskan pada bentuk angka dengan berbagai cara tergantung tujuan
penggunanya (Mather, 2004). Pada pemahaman secara komprehensif, Townsend
(1980) menjelaskan bahwa terdapat empat kriteria tersendiri yang
berguna menjadi dasar dalam pendefinisian resolusi spasial.
Kriteria-kriteria tersebut ialah informasi geometris dari sistem
penginderaan jauh, kemampuan untuk membedakan antar titik-titik target,
kemampuan untuk mengukur secara periodik target yang berulang, dan
kemampuan untuk mengukur informasi spektral dari target-target yang
kecil. Danoedoro (2012) menjelaskan pengertian praktis dari resolusi
spasial adalah ukuran terkecil yang masih dapat dideteksi oleh suatu
sistem pencitraan. Semakin kecil ukuran objek (terkecil) yang dapat
terdeteksi, semakin halus atau tinggi resolusi spasialnya. Begitu pula
sebaliknya, semakin besar ukuran objek terkecil yang dapat terdeteksi,
semakin kasar atau rendah resolusinya. Sebagai contoh ialah, citra
satelit SPOT yang beresolusi 10 dan 20 meter dapat dikatakan beresolusi
lebih tinggi dibandingkan dengan citra satelit Landsat TM yang
beresolusi 30 meter.
Resolusi spektral adalah kemampuan suatu
sistem optik-elektronik untuk membedakan informasi (objek) berdasarkan
pantulan atau pancaran spektralnya (Danoedoro, 2012). Jika semakin
banyak jumlah salurannya terlebih lagi dengan julat yang sempit maka
akan semakin tinggi kemungkinannya untuk membedakan objek-objek
berdasarkan respons spektralnya. Hal ini menjelaskan bahwa semakin
sempit julat (interval panjang gelombangnya) dan/atau banyak jumlah
salurannya dapat dikatakan semakin tinggi pula resolusi spektral yang
dimiliki.
Resolusi radiometrik atau tingkat
sensitivitas radiometrik mengacu pada nilai dari tingkat kuantisasi
digital yang digunakan untuk mengekspresikan data yang dikumpulkan oleh
sensor (Mather, 2004). Danoedoro (2012) menjelaskan bahwa resolusi
radiometrik ialah kemampuan sensor dalam mencatat respons spektral
objek. Sensor yang peka dapat membedakan selisih respons yang paling
lemah sekalipun. Kemampuan sensor ini secara langsung dikaitkan dengan
kemampuan koding, yaitu mengubah intensitas pantulan atau pancaran
spektral menjadi angka digital. Kemampuan ini dinyatakan dalam bit.
Landsat 7 ETM+ memiki resolusi radiometrik sebesar 8 bit yang berarti
256 tingkat kecerahan (0-255), 0 untuk sinyal terlemah (hitam) dan 255
untuk sinyal terkuat (putih). Berbeda halnya dengan Landsat 8 OLI yang
memiliki resolusi radiometrik sebesar 16 bit yang berarti 65536 tingkat
kecerahan 0 untuk sinyal terlemah (hitam) dan 65535 untuk sinyal terkuat
(putih). Hal tersebut menjelaskan bahwa Landsat 8 OLI memiliki resolusi
radiometrik lebih tinggi dibandingkan Landsat 7 ETM+. Semakin tinggi
resolusi radiometrik yang dimiliki maka akan semakin tinggi pula
kemampuan untuk membedakan objek-objek di permukaan bumi.
Resolusi temporal ialah kemampuan suatu
sistem untuk merekam ulang daerah yang sama (Danoedoro, 2012). Satuan
dari resolusi temporal ialah jam atau hari. Contohnya ialah Satelit
IKONOS resolusi temporalnya ialah 3 hari, satelit NOAA resolusi
temporalnya 12 jam, dan satelit Landsat 8 resolusi temporalnya ialah 30
hari. Landsat 8 memiliki resolusi temporal lebih rendah dibandingkan
IKONOS sedangkan IKONOS memiliki resolusi temporal lebih rendah
dibandingkan NOAA.
Keunggulan, Keterbatasan dan Kelemahan
inderaja
Keunggulan Inderaja
Menurut Sutanto (1994:18-23),
penggunaan penginderaan jauh baik diukur dari jumlah bidang penggunaannya
maupun dari frekuensi penggunaannya pada tiap bidang mengalami pengingkatan
dengan pesat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
- Citra menggambarkan obyek, daerah, dan gejala di permukaan bumi dengan; wujud dan letak obyek yang mirip ujud dan letak di permukaan bumi, relatif lengkap, meliputi daerah yang luas, serta bersifat permanen.
- Dari jenis citra tertentu dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensional apabila pengamatannya dilakukan dengan alat yang disebut stereoskop.
- Karaktersitik obyek yang tidak tampak dapat diwujudkan dalam bentukcitra sehingga dimungkinkan pengenalan obyeknya.
- Citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi secara terestrial.
- Merupakan satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana.
- Citra sering dibuat dengan periode ulang yang pendek.
Keterbatasan Inderaja
Berupa ketersediaan citra SLAR yang belum sebanyak
ketersediaan citra lainnya. Dari citra yang ada juga belum banyak diketahui
serta dimanfaatkan (Lillesand dan Kiefer, 1979).
Di samping itu jugaharganya yang relative mahal dari pengadaan citra lainnya
(Curran, 1985).
Kelemahan Inderaja
Walaupun mempunyai banyak kelebihan, penginderaan jauh
juga memiliki kelemahan antara lain sebagai berikut
- Orang yang menggunakan harus memiliki keahlian khusus;
- Peralatan yang digunakan mahal;
- Sulit untuk memperoleh citra foto ataupun citra nonfoto.
Sumber :
Danoedoro, P. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Mather, P. M. 2004. Computer Processing of Remotely Sensed Data: An Introduction, 3rd edition. Brisbane: John Wiley and Sons.
Swain, P. H., dan Davis, S. M. (Ed.). 1978. Remote Sensing – The Quantitative Approach. New York: McGraw Hill.
Townsend, J.R.G.. 1980. The Spatial Resolving Power of Earth Resources Satellites: A Review. Nasa technical Memorandum 82020. Goddard Spaceflight Center. Greenbelt. Maryland.
Danoedoro, P. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Mather, P. M. 2004. Computer Processing of Remotely Sensed Data: An Introduction, 3rd edition. Brisbane: John Wiley and Sons.
Swain, P. H., dan Davis, S. M. (Ed.). 1978. Remote Sensing – The Quantitative Approach. New York: McGraw Hill.
Townsend, J.R.G.. 1980. The Spatial Resolving Power of Earth Resources Satellites: A Review. Nasa technical Memorandum 82020. Goddard Spaceflight Center. Greenbelt. Maryland.
0 komentar:
Posting Komentar